Purwakarta, Sukapurwa News —
Di tengah geliat zaman yang makin digital, masih ada bara api tradisi yang menyala dalam sunyi. Bara itu menyala di sebuah padepokan sederhana namun penuh makna, di wilayah Purwakarta. Di sanalah, nama besar Gagak Lumayung Generasi Pusaka Wargi Saluyu (GPWS) terus dikumandangkan melalui gerakan luwes para pendekar cilik hingga sepuh yang berkumpul dalam semangat Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh.
Di bawah komando Kang Beben, sapaan akrab dari Taufik Deden Setiawan, para murid dari berbagai usia berlatih dengan semangat membara. Tak sekadar jurus atau ibing pencak, namun nilai-nilai luhur seperti hormat, disiplin, dan kesetiaan pada guru dan leluhur, menjadi pilar utama dalam setiap latihan.
Perguruan yang merupakan bagian dari keluarga besar P3S Gagak Lumayung, ini berakar kuat pada sejarah panjang sejak didirikannya oleh Abah Nunu Wisnu pada tahun 1937. Lalu diteruskan oleh Abah Toto Sulaiman, kemudian oleh Abah Cecep Chandra Mukti, dan kini estafet perjuangan budaya ini diteruskan oleh Kang Beben sebagai penerus keempat yang membentuk GPWS (Generasi Pusaka Wargi Saluyu) pada tanggal 3 Oktober 2023.
Latihan Rutin dan Filosofi Hidup
Liputan kami pada hari Sabtu lalu memperlihatkan suasana latihan yang begitu menyentuh. Bertempat di sebuah lapangan terbuka, para siswa dari usia dini hingga dewasa menjalani latihan dengan penuh kesungguhan. Diawali dengan doa, pemanasan, dan dilanjutkan dengan jurus-jurus khas Wargi Saluyu yang mengandung unsur seni tinggi dan filosofi spiritual.
Kang Beben menuturkan,
“Kami tidak hanya membentuk pendekar secara fisik, tapi membangun manusia seutuhnya. Anak-anak ini kelak harus jadi penjaga nilai, bukan sekadar jago berkelahi. Mereka adalah titisan pusaka budaya.”
Satu Cabang, Seribu Harapan
Meski saat ini GPWS baru memiliki satu cabang di Purwakarta dengan 19 murid aktif, namun semangat mereka seperti memiliki seribu kekuatan. Tak sedikit orang tua yang ikut berlatih demi mendekatkan diri pada akar budaya yang lama terabaikan.
Salah satu murid remaja, Rizky Muhamad Prasetio (14), menyampaikan,
“Saya jadi lebih percaya diri, lebih tenang. Belajar silat di sini bikin saya merasa punya jati diri.”
Harapan dan Seruan untuk Masa Depan
Perguruan ini berharap adanya perhatian lebih dari masyarakat dan pemerintah terhadap pelestarian budaya tradisi seperti pencak silat. Kang Beben menutup wawancara dengan harapan,
“Semoga Gagak Lumayung GPWS bisa jadi cahaya kecil yang menyalakan bara besar peradaban, dan kelak menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk bangga menjadi bagian dari budaya leluhur.”
Sukapurwa News akan terus mengawal kisah-kisah semacam ini, karena kami percaya: budaya bukan untuk dikenang, tapi untuk diperjuangkan dan dihidupi.
Laporan oleh:
Redaksi Sukapurwa News
“Ngamumule Budaya, Ngarawat Jati Diri.”