Notification

×

Iklan 970𝚑250

Menu Bar

Rakyat Tewas Berebut Nasi Bungkus: Tragedi Makan Gratis Pesta Elite, Komunitas Madani Tuding Negara Gagal Lindungi Rakyat

19 Juli 2025 | Juli 19, 2025 WIB | 015 Views Last Updated 2025-07-19T01:18:02Z

 


 PURWAKARTA – Tragedi memilukan terjadi dalam pesta pernikahan anak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dengan Wakil Bupati Garut. Ribuan warga yang hadir dalam acara bertajuk “hiburan rakyat” berdesakan demi mendapatkan nasi bungkus gratis, hingga menelan korban jiwa. Komunitas Madani Purwakarta menilai peristiwa ini bukan sekadar insiden kemanusiaan, melainkan bukti nyata kegagalan negara dan elit politik dalam mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat.

Ketua Komunitas Madani Purwakarta, Zaenal Abidin, mengecam keras insiden tersebut. Ia menyebut tragedi itu adalah hasil dari kemiskinan struktural dan budaya kuasa yang menindas rakyat, bukan karena ketidaktahuan masyarakat.

“Rakyat kita tidak butuh pesta dari pejabat. Rakyat butuh pendidikan kritis, perlindungan sosial, dan jaminan hidup layak. Negara telah gagal menjalankan mandat konstitusi,” ujarnya.

Dalam tragedi tersebut, korban jiwa tidak hanya berasal dari warga sipil, tetapi juga aparat kepolisian. Ribuan orang hadir tanpa pengaturan yang memadai, hanya untuk sepiring nasi bungkus. Menurut Zaenal, hal ini menunjukkan betapa rakyat masih lapar—tidak hanya secara fisik, tetapi juga keadilan sosial.

Acara yang digadang-gadang sebagai “hiburan rakyat” justru menjadi bukti bahwa rakyat masih diposisikan sebagai objek, bukan subjek yang dimuliakan. Komunitas Madani menilai kegiatan semacam ini adalah politik simbolik murahan yang hanya memperpanjang ketergantungan rakyat pada belas kasihan penguasa.

Komunitas Madani Purwakarta menyoroti tiga poin penting:

1. Kerumunan besar yang terjadi menunjukkan adanya kelaparan sistemik dan ketimpangan sosial.
2. Buruknya manajemen kerumunan adalah kelalaian serius dan harus diproses hukum.
3. Pesta elite yang berujung kematian rakyat bukan bentuk kepedulian, tapi bentuk pelecehan terhadap martabat rakyat.

Tuntutan Komunitas Madani:
Pemerintah dan kepolisian harus segera mengusut tuntas insiden ini, termasuk kemungkinan adanya kelalaian (Pasal 359 KUHP).
Stop budaya pamer kekuasaan di ruang publik. Rakyat bukan alat pencitraan.
Bangun kembali pendidikan rakyat yang membebaskan, bukan sekadar menyuapi dengan nasi bungkus tanpa mengubah nasib.

“Kematian warga dalam pesta elite adalah tamparan keras bagi republik ini. Tidak ada pesta yang layak dirayakan jika rakyat harus meregang nyawa dalam antrean nasi gratis,” tegas Zaenal.

Komunitas Madani juga menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat sipil, jurnalis, akademisi, dan tokoh agama untuk tidak membiarkan tragedi ini dianggap sebagai insiden biasa. Tragedi ini, menurut mereka, adalah cermin nyata kegagalan sistemik yang harus dihentikan.

Redaksi | Sukapurwanews


×
Berita Terbaru Update