KARAWANG 06/08/2025– Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMKN 1 Karawang, Jawa Barat, menuai sorotan tajam. Alokasi anggaran tahun 2023 dan 2024 dinilai tidak wajar karena menyerap dana dalam jumlah besar, namun belum sepenuhnya menyentuh kebutuhan mendasar peserta didik.
Pada tahun 2023, sekolah ini menerima dana BOS sebesar Rp 4,2 miliar untuk 2.627 siswa. Dana tersebut dicairkan dalam dua tahap, masing-masing Rp 2,1 miliar. Penggunaan anggaran difokuskan pada lima item kegiatan:
1. Pengembangan Perpustakaan
2. Administrasi Kegiatan Sekolah
3. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
4. Langganan Daya dan Jasa
5. Penyelenggaraan Kegiatan Kesehatan, Gizi, dan Kebersihan
Anggaran terbesar terserap pada administrasi kegiatan sekolah, yaitu Rp 1,184 miliar (tahap I) dan Rp 893 juta (tahap II). Sedangkan pemeliharaan sarana dan prasarana menyerap Rp 360 juta (tahap I) dan Rp 324 juta (tahap II). Sementara kegiatan kesehatan, gizi, dan kebersihan mencatat lonjakan drastis dari Rp 150 juta (tahap I) menjadi Rp 549 juta (tahap II).
Untuk pengembangan perpustakaan, dana yang dialokasikan cukup kecil, yakni hanya Rp 22 juta (tahap I) dan Rp 133 juta (tahap II). Tahun yang sama, langganan daya dan jasa memakan anggaran Rp 296 juta dan Rp 340 juta.
Tahun 2024, SMKN 1 Karawang kembali menerima BOS sebesar Rp 4 miliar untuk 2.558 siswa. Alokasi dana kembali dicairkan dalam dua tahap masing-masing Rp 2 miliar.
Rinciannya:
Administrasi kegiatan sekolah: Rp 1,077 miliar (tahap I), Rp 865 juta (tahap II)
Pemeliharaan sarana dan prasarana: Rp 804 juta (tahap I), Rp 894 juta (tahap II)
Kesehatan, gizi, kebersihan: Rp 150 juta (tahap I), Rp 348 juta (tahap II)
Langganan daya dan jasa: hanya Rp 1,8 juta di tiap tahap
Ironisnya, kegiatan yang berdampak langsung terhadap siswa, seperti pembelajaran dan bermain, evaluasi pembelajaran, serta pengembangan profesi guru, tidak menerima alokasi anggaran sama sekali.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Kepala SMKN 1 Karawang, Rusli, mengaku belum mengetahui secara rinci rincian alokasi dana BOS. Ia menyebut baru menjabat sebagai Plt kepala sekolah selama dua bulan.
“Saya tidak tahu secara detail soal anggaran karena baru dua bulan menjabat di sini,” ujarnya kepada SukapurwaNews, Rabu, 6 Agustus 2025.
Saat ditunjukkan rincian dana untuk kegiatan kesehatan, gizi, dan kebersihan yang mencapai ratusan juta, Rusli tampak kaget.
“Saya kurang paham, apakah di sini siswa diberi makan atau seperti apa, saya juga tidak tahu,” tambahnya.
Namun, ia berupaya menjelaskan soal anggaran pemeliharaan yang kerap menimbulkan pertanyaan publik karena nominalnya besar.
“Pemeliharaan itu mencakup banyak hal. Tapi karena tidak dijelaskan rinci, masyarakat bisa curiga. Harusnya pemerintah memisahkan atau menjabarkan poin-poin kegiatan pemeliharaan agar tidak disalahpahami,” jelasnya.
Rusli juga menyatakan dukungan agar dana BOS lebih difokuskan pada program yang langsung menyentuh kebutuhan siswa, seperti kegiatan ekstrakurikuler.
“Kalau siswa disibukkan dengan kegiatan positif, itu bisa mencegah mereka terlibat dalam kenakalan remaja,” tutupnya.
Redaksi Sukapurwanews
